Kita menjadi "kita" sekarang ini lewat proses "menjadi" yang kompleks. Sulit untuk menentukan tahap atau periode yang mana yang paling menentukan dan berpengaruh. Juga tidak mudah menentukan apa dan siapa yang paling membentuk kita menjadi sekarang ini.
Zaman ini membuat permenungan diatas menjadi lebih kompleks lagi. Inilah era yang ditandai dengan masyarakat jejaring dan masyarakat organisasi. Orang hidup, tumbuh dan berkembang selalu dalam kaitannya dengan orang lain dalam sebuah lembaga atau jejaring.
Hampir-hampir tidak ada orang yang bisa berkreasi atau berkarya murni sendirian. Bahkan seorang seniman yang ingin hidup merdeka sepenuhnya dan tidak mau berkantor, tidak mau tunduk dibawah aturan dan disiplin, hidupnya tetap bergantung pada sebuah jejaring sosial. Manusia bertumbuh sebagai "aku" selalu dalam kaitannya dengan "kita", "kami" dan "mereka".
Meski demikian, satu hal harus disadari, bahwa semua orang membentuk dirinya sendiri. Memang ada tahap dalam hidup, atau peristiwa, atau pendidikan, atau orang yang sedemikian menggugah dan berpengaruh untuk setiap orang. Ini tidak bisa disangkal. Tetapi, harus diakui bahwa seberapa pun kuat faktor luar yang mempengaruhi, tetaplah orang tersebut yang menentukan dan memproses semua itu. Untuk itulah, setiap orang membentuk dirinya sendiri. Dia menjadi tuan, arsitek kehidupan, atas dirinya sendiri.
Orang istimewa senantiasa berkonsentrasi pada kekuatan. Dengan membangun diatas fondasi atau bangunan yang kuat, dia akan bertumbuh cepat dan menjadi tinggi. Memang inilah taktik tepat yang sering digunakan agar orang menjadi unggul.
Sebaliknya, ada ironi yang kerap menghempaskan orang hebat. Yaitu, disamping keunggulan dan prestasi yang mereka miliki, mereka terpaksa dan dipaksa mengakui adanya sisi lemah dalam kehidupannya. Titik rawan ini kerap juga sedemikian mencolok. Orang ini senantiasa digelisahkan oleh ruang gelap yang selama ini tak tertangani dengan baik, karena fokus pada kekuatan dan peluang.
Pemimpin yang memiliki keutamaan mendengarkan biasanya lemah dalam mengambil keputusan. Dalam situasi krisis, kekuatan mendengarkan justru menjadi kelemahan. Demikianlah, orang yang karismatis dan mampu menghipnotis banyak orang lain karena ide-idenya yang inspiratif, kerap adalah orang yang tidak bisa dan tidak pernah mau mendengarkan nasihat orang lain.
Orang yang begini cemerlang menciptakan ide-ide baru, pada umumnya tidak punya daya untuk melanjutkan dan membesarkan "kreasinya". Manusia jenis ini tidak akan tahan terhadap rutinitas dan aktifitas yang monoton. Orang yang kuat dalam membnangun jaringan sosial, secara horisontal akan ekspansif, tetapi dia luput mengenali ruang-ruang personalnya, dia tidak pernah masuk vertikal pada kedalaman pribadi.
Bagaimana kita mampu mengelola dan mengatasi kelemahan tersebut diatas? Kenalilah gerakan roh!
Setiap orang memang "tuan" untuk dirinya sendiri. Dia membentuk dirinya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Dia menciptakan masa depannya. tetapi orang beriman dituntut lebih dari sikap humanis ini. Ia memiliki dan mengimani Roh Kudus. Tidak saja seseorang akrab dengan dirinya sendiri, ia juga dipanggil untuk mengenali gerak roh setiap saat. Dalam hal ini, "aku" bekerjasama dengan "Roh" membentuk hidup ini.
( Sumber: Majalah Hidup Edisi Tahun ke 65, 6 November 2011 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar