Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Devosi dan Bahaya Magis Devosi

By: Admin Blog
Dear teman-teman, berikut ini artikel yang kami tulis ulang dari buku Devosi Ekaristi & Ragam Devosi yang dikeluarkan Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang sebagai panduan renungan dalam bulan Maria. Ada beberapa topik menarik dan penting untuk kita simak, tentang bagaimana sebaiknya menanggapi email & SMS doa berantai yang disertai ancaman. Dalam artikel lain dibahas pula tentang bahaya magis agar kita tidak terjebak dalam pemahaman iman yang kurang tepat. Yuk kita baca bersama beberapa topik dari buku tersebut:


Arti devosi dan tempatnya dalam liturgi
Ada orang yang begitu cinta pada warna ungu. Lalu apa-apanya diberi warna ungu. Pakaian, sampul buku, taplak meja, warna cat rumah, semuanya serba ungu. Sementara orang lain ska nonton sinetron berjam-jam, ia hafal dengan semua tayangan sinetron di televisi. Nah orang yang suka warna ungu ataupun suka sinetron itu dalam arti tertentu bisa disebut "berdevosi" pada warna ungu atau sinetron.


Lha kok bisa begitu? Iya memang bisa. Kata devosi berasal dari dari kata latin devitio, yang kata kerjanya devovere. Devovere berarti mencintai, menyerahkan diri, menghormati pada suatu hal atau pada seseorang. Devosi dalam pengertian liturgi menunjuk pada kesalehan atau ibadat yang dilaksanakan dengan penuh cinta dan perasan secara teratur dan tetap. Devosi tidak termasuk dalam liturgi yang resmi, akan tetapi sangat dianjurkan oleh Gereja. Devosi sangat membantu penghayatan iman dalam perayaan liturgi. Orang yang devosinya kuat, biasanya memiliki penghayatan liturgi yang baik dan kuat pula.

Bahaya Magis Devosi
Suatu sore ada seorang ibu muda yang menuju gereja, namun gereja sepi. Romo paroki jalan2 dipekarangan pastoran. Ibu muda tadi tanya, "Romo ada misa sore jumat pertama tidak??" "Tidak bu" jawab Romo tadi. "Misanya pagi hari tadi, ada yang bisa saya bantu?" "Begini Romo, hari ini adalah hari novena saya yang terakhir, yang ke -9. Tadi pagi anak saya rewel sehingga saya tidak ke gereja. Saya kecewa sekali. Novena saya batal Romo!! Permohonan saya pasti tidak terkabul!!"

Itulah suatu contoh yang kurang tepat dalam praktek devosi. Mengapa? sebab ibu muda tadi memandang jumlah angka sembilan sebagai syarat terkabulnya doa. Inilah praktek bahaya magis. Praktek magis ialah praktek yang memandang sumber terkabulnya doa, sumber rahmat dan berkat terletak pada rumusan atau mantra tertentu, jam atau waktu tertentu, benda atau alat suci tertentu, angka atau tempat tertentu. Kalau doanya pada jam & tempat tertentu dengan rumusan doa tertentu - "kalau doa novena ini pasti jozz lho,  doanya pasti terkabul", itulah praktek magis. Terkabul atau tidaknya doa bukan tergantung pada kebijaksanaan Allah, tapi pada rumus/mantra atau waktu tertentu. Padahal yang benar: sumber terkabulnya doa hanyalah Tuhan Allah sendiri. Termasuk magis ialah yang berbau klenik, seperti memperlakukan rosario sebagai jimat (mungkin karena diberkati Paus). Melaksanakan doa devosi mestinya lebih digerakkan oleh rasa kasih sayang dan penyerahan kepada Tuhan, mohon bantuan doa dari orang2 kudus dan selebihnya menyerahkan sepenuhnya pada kebaikan dan kebijaksanaan Allah sendiri.

Ketakutan umat dalam berdevosi.

Dibanyak tempat gereja atau ziarah seringkali didapati aneka kertas fotocopian doa dengan pelbagai macam versi. Banyak rumusan doa yang bagus2, mengajak kita bertobat dan membuat silih. Itu tentu baik. Akan tetapi sering beredar diantara kita melalui email atau SMS yang isinya ajakan untuk berdoa tertentu dnegan janji hebat (doa pasti terkabul), sekaligus perintah agar menyebarkan SMS itu ke 10 teman lain, dan bila tidak dilaksanakan orang tersebut akan mendapat celaka atau bencana. Berdoa itu baik, bahkan harus. Tetapi sebuah pesan yang menjajikan bahwa doa ini dan itu pasti terkabul, apalagi memberi perintah dengan ancaman yang menakutkan, langsung saja tidak perlu kita percayai. SMS semacam itu langsung kita hapus atau delete saja. Terkabulnya doa adalah karena kasih dan kebaikan Tuhan, bukan karena rumus doa tertentu. Lalu ancaman itu tidak perlu dihiraukan sebab secara moral kita tidak terikat untuk harus menyebarkan pesan tersebut. Marilah kita ingat, kita ini anak-anak Allah yang tidak diberi roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (bdk. 2 Tim 1:7)
Motivasi doa sebaiknya bukan karena ancaman atau iming-iming tertentu. Kita berdoa karena ingin dekat dengan Tuhan dan ingin selalu berama-Nya. Selebihnya terserah Tuhan sebab Ia tahu apa yang kita perlukan dan bukankah Allah "membuat segala sesuatu indah pada waktunya? (Pkb 3:11)

Sumber: Devosi Ekaristi dan Ragam Devosi - Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi 2011 - Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar